Tindakan yang keluar secara spontan, itulah akhlak kita. Kalo lagi keburu-buru mo pulang kerumah, tiba-tiba hujan turun, padahal pake motor n’ ga bawa baju mantel, bakal beda-beda pikiran, kata-kata n’ tindakan yang diucpain orang.
“waduuuuh, hujan lagi hujan lagi.” “Brengsek! Malah hujan!” “Huuu, dasar sial!” “Masya Allah,” “Subhanallah…, hujan.” “Alhamdulillah.” Itu contoh kalimat-kalimat yang mungkin muncul. Kalimat mana yang loe ucap, itulah cerminan dari akhlak kamu. Kalo kamu suka mengeluh n’ nyalah-nyalahin orang (termasuk nyalahin Allah), tiga kalimat pertama yang lebih sering muncul. Tapi kalo kamu orang yang suka mengambil hikmah dan bersyukur, insya Allah tiga kalimat terakhir yang lebih berpeluang kamu ucapin.
Untuk tindakan yang dilakuin juga beda-beda. Ada yang nekat ujan-ujanan n’ dikebut. Ada yang nekat ujan-ujanan tapi nyantai aja “terlanjur basah, ya sudah… kuyup dech”. Ada yang berteduh dulu menunggu hujan reda sama sekali. Ada yang berteduh menunggu hujan tinggal rintik-rintik. Ada juga yang berhenti sejenak, mengamankan baju, sepatu dan sebagainya, dilepas dan dimasukan tas, terus ngelanjutin perjalanan. Semua itu tergantung kebutuhan n’ cara berpikir masing-masing. Kalo kejadian-kejadian yang sama terulang, terus tindakan kamu juga sama. Lha itulah karakter kamu, itu akhlak kamu.
Kalo bang Syafi’I rahimahullah bilang: “harga diri tuh, dibentuk oleh 4 hal: kemuliaan akhlak, kedermawanan, sikap sopan santun, ama ibadahnya”.
So, biar biar kita punya harga diri (mau dihargai berapa? Seratus, seribu, sejuta, semilyar, setrilyun ato lebih? Eh, ga bisa donk harga diri ditukar dengan uang kaya’ gitu. Itu mah materialistic ya?). maka, yuk kita perbaiki akhlak kita, jadikan diri kita pribadi yang berkarakter paling siip! [Change Now]
“waduuuuh, hujan lagi hujan lagi.” “Brengsek! Malah hujan!” “Huuu, dasar sial!” “Masya Allah,” “Subhanallah…, hujan.” “Alhamdulillah.” Itu contoh kalimat-kalimat yang mungkin muncul. Kalimat mana yang loe ucap, itulah cerminan dari akhlak kamu. Kalo kamu suka mengeluh n’ nyalah-nyalahin orang (termasuk nyalahin Allah), tiga kalimat pertama yang lebih sering muncul. Tapi kalo kamu orang yang suka mengambil hikmah dan bersyukur, insya Allah tiga kalimat terakhir yang lebih berpeluang kamu ucapin.
Untuk tindakan yang dilakuin juga beda-beda. Ada yang nekat ujan-ujanan n’ dikebut. Ada yang nekat ujan-ujanan tapi nyantai aja “terlanjur basah, ya sudah… kuyup dech”. Ada yang berteduh dulu menunggu hujan reda sama sekali. Ada yang berteduh menunggu hujan tinggal rintik-rintik. Ada juga yang berhenti sejenak, mengamankan baju, sepatu dan sebagainya, dilepas dan dimasukan tas, terus ngelanjutin perjalanan. Semua itu tergantung kebutuhan n’ cara berpikir masing-masing. Kalo kejadian-kejadian yang sama terulang, terus tindakan kamu juga sama. Lha itulah karakter kamu, itu akhlak kamu.
Kalo bang Syafi’I rahimahullah bilang: “harga diri tuh, dibentuk oleh 4 hal: kemuliaan akhlak, kedermawanan, sikap sopan santun, ama ibadahnya”.
So, biar biar kita punya harga diri (mau dihargai berapa? Seratus, seribu, sejuta, semilyar, setrilyun ato lebih? Eh, ga bisa donk harga diri ditukar dengan uang kaya’ gitu. Itu mah materialistic ya?). maka, yuk kita perbaiki akhlak kita, jadikan diri kita pribadi yang berkarakter paling siip! [Change Now]
No comments:
Post a Comment